Sabtu, 23 April 2011

rpp

                      RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SEKOLAH                                   : SMP
MATA PELAJARAN                  : IPA – FISIKA
KELAS / SMESTER                   : VIII/2
TAHUN AJARAN                       : 2010/2011
ALOKASI WAKTU                     : 2x40 MENIT

I.          STANDAR KOMPOTENSI
6. Memahami konsep bunyi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

II.         KOMPOTENSI DASAR
6.2. Mendiskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari

 III.        INDIKATOR
mengamati dan melaksanakan percobaan untuk memahami pengertian nada.

  IV.        TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat :
1.      Menjelaskan pengertian nada.
2.      Menyebutkan dan menggetahui tangga nada dan interval nada.
3.      Menyebutkan deret nada.
4.      menyebutkan perbandingan frekuensi nada-nada.
5.      menyebutkan dan memahami contoh soal nada.


 V.        MATERI PEMBELAJARAN
1.      Nada adalah bunyi yang memiliki frekuensi tertentu.
2.      tangga nada merupakan susunan deret nada berdasarkan frekuensinya. Sedangkan interval nada adalah perbandingan frekuensi masing-masing.
Contoh.do = c,artinya nada do pada lagu itu sama dengan nada c pada alat musik .
3.deret nada yang berdasarkan frekuensinya tersebut dibuat  dalam bentuk tangga nada.
Deret nada   :  c        d         e      f      g       a      b      c  
Nama nada   : do      re       mi    fa     sol    la     si     do
Frekuensi     :  264   279    330  352   396   440 





  VI.    LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a.       kegiatan awal(10 menit)
-         ­baca Doa bersama
-         memberikan motipasi
1. ada yang tau pengertian bunyi ?
2. sepert apa contoh bunyi dalam kehidupan sehari-hari?

b. kegiatan inti 60 menit
-    Guru menjelaskan pengetian bunyi
-    Guru menjelaskan frekuensi getaran bunyi
-    Guru menjelaskan kepada siwa terjadinya bunyi
-    Guru mendemonstrasikan kepada siswa tentang bunyi
-    Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa
-    Guru memberikan contoh soal tentang bunyi

C.   kegiatan penutup 10 menit
  - Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki kinerja baik
  - Guru memberi penguatan mengenai konsep bunyi
  - Guru dan siswa membuat kesimpulan pelajaran
  - Guru memberiken tugas rumah berupa latihan soal.










VII.   SUMBER DAN ALAT
-  Buku Inti Sari Fisika.Smp/Mts,Drs.Sulistyo Dkk.Hal: 191.Pt.Pustaka Setia
    Bandung
-  Buku Paket Sains Fisika Smp,Tedy Wibowo.Hal:81.Ganeca.
 
VIII.   PENILAIAN
Pemahaman Dan Penerapan Konsep
*Siswa diminta untuk mengerjakan latihan nomor 1 s/d 5 hal. 91 buku inspirasi sains fisika smp, ganeca.



Mengetahui,                                                      Banda Aceh, 11 Februari 2011
Guru Pamong SMPN 16 Banda Aceh               Guru Mata Pelajaran


FARDINALSYAH, S.Pd                                              HASANUDDIN
NIP:19680919 199512 1 003                                      NIM: 0711040026 ´


Rabu, 20 April 2011

TEORI FEMINISME

TEORI FEMINISME
Posted on December 19, 2010 by the red shoes| 5 Comments

Gelombang feminisme di Amerika Serikat mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan di tahun 1963. Hal ini kemudian mendasari pentingnya pembahasan isu gender disebabkan karena :
• Pengambilan kebijakan lebih banyak dilakukan oleh orang-orang militer, dan ilmuan yang muncul rata-rata maskulin. • Universalitas kebenaran ilmu pengetahuan itu hanya benar bagi kaum pria. • Asumsi gender yang salah dari ilmu pengetahuan • Pria bersifat public dan wanita bersifat private. (Pandangan yang bersifat stereotype).

Teori Feminisme dalam hubungan internasional dimulai dari adanya pemikiran bahwa HI lebih banyak berbicara tentang ‘high politics’ (keamanan nasional, national interest) dan dalam konteks teknis (misalnya: keamanan berbicara mengenai senjata dll. HI juga hanya berbicara tentang perang (game theory, persenjataan). Selain itu, Ilmu HI sangat male dominated. Akibatnya, konsep, concern, kepentingan yang ada hanya merefleksikan kepentingan pria. Feminisme mencoba menggugat bahwa sexual violance berdampingan dengan perang. Pergerakan Feminisme mulai terlihat pergerakan paling awal yang ditemui sejak abad ke-15 dan terlihat ketika Christine de Pizan menulis ketidakadilan yang dialami perempuan. Pada tahun 1800-an, terdapat pergerakan yang cukup signifikan dimana Susan dan Elizabeth telah memperjuangkan hak-hak politik, diantaranya hak untuk memilih. Pada tahun 1759-1797, feminis mulai menggunakan kata-kata “hak”. Saat itu, Mary wollstonecraft, feminis pertama yang mengatakan adanya pembodohan terhadap perempuan yang disebabkan tradisi masyarakat yang menjadikan perempuan sebagai makhluk yang tersubordinasi. Tahun 1970-1980an: Wacana feminisme bermunculan di Amerika Latin, Asia, dan di negara-negara Dunia ketiga pada umumnya. Tahun 1960-1970an, feminis mulai membawa perubahan sosial yang luar biasa di dunia Barat dimana lahirnya undang-undang yang menguntungkan perempuan dan konsep patriarki yang mulai mengemuka. Pada abad ke-20 (1949): Lahir karya Simone de Beauvoir “Le Deuxieme Sexe”, dan akhirnya ditemukan istilah kesetaraan.

Terdapat banyak aliran dalam teori feminis yang dibagi atas tiga gelombang, yaitu:

1. Gelombang awal a. Feminisme liberal. Aliran ini yang menungkapkan stereotype bahwa perempuan itu lemah dan hanya cocok untuk urusan keluarga. Menekankan pada hak individu serta kesempatan yang sama karena perempuan dan laki-laki itu sama. Menuntut perubahan kebijakan dengan melibatkan perempuan duduk sebagai pengambilan kebijakan. b. Feminisme radikal. Memfokuskan pada permasalahan ketertindasan perempuan (hak untuk memilih adalah slogan mereka). c. Feminisme marxis/sosialis. Perbedaannya bila sosialis menekankan pada penindasan gender dan kelas, marxis menekankan pada masalah kelas sbg penyebab perbedaan fungsi dan status perempuan.

2. Gelombang kedua a. Feminisme eksistensial. Melihat ketertindasan perempuan dari beban reproduksi yang ditanggung perempuan, sehingga tidak mempunyai posisi tawar dengan laki-laki. b. Feminisme gynosentris. Melihat ketertindasan perempuan dari perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, yang menyebabkan perempuan lebih inferior dibanding laki-laki.

3. Gelombang ketiga a. Feminisme postmoderen. Postmoderen menggali persoalan alienasi perempuan seksual, psikologis, dan sastra dengan bertumpu pada bahasa sebagai sebuah sistem. b. Feminisme multicultural. Melihat ketertindasan perempuan sebagai “satu definisi”, dan tidak melihat ketertindasan terjadi dari kelas dan ras, preferensi sosial, umur, agama, pendidikan, kesehatan, dsb. c. Feminisme global. Menekankan ketertindasannya dalam konteks perdebatan antara feminisme di dunia yang sudah maju dan feminisme di dunia sedang berkembang. d. Ekofeminisme. Berbicara tentang ketidakadilan perempuan dalam lingkungan, berangkat dari adanya ketidakadilan yang dilakukan manusia terhadap non-manusia atau alam.

Contoh kasus. Feminism radikal adalah aliran dalam feminis yang mengedepankan hak-hak individu untuk memilih. Memilih apa yang kaum perempuan yakini untuk dilakukan. Dalam feminism atau perspektif feminis dikatakan bahwa perempuan adalah the second sex, ia adalah seks yang kedua (atau tidak utama) dari laki-laki dalam masyarakat yang patriarkhis. Dalam “seks kedua ini” masih terlalu banyak perdebatan yang belum terjawab. Lesbian, yang adalah dipandang sebagai the third sex, ia adalah seks ketiga karena orientasi seksualnya yang berbeda, maka ia menjadi teralienasi atau diasingkan bahkan cenderung teraniaya lebih parah daripada perempuan yang heteroseks atau orientasi seksual lawan jenis yang dianggap normal. Lesbian diyakini merupakan etika resistensi dan “self creation” (pembentukan diri sendiri). Etika lesbian tidak berangkat dari suatu set peraturan mana yang benar dan mana yang salah atau berangkat dari suatu kewajiban atau tindakan utilitarian atau deontologist. Etika lesbian merupakan konsep perjalanan kebebasan yang datang dari pengalaman merasakan penindasan. Etika lesbian dapat eksis berkat pergerakan pembebasan perempuan, mempertanyakan konstruksi perempuan yang telah didefinisikan oleh masyarakat patriarkis. Apa yang hendak diperjuangkan adalah nilai-nilai pembebasan dimana tidak terjadi duplikasi dominasi yang dilakukan oleh masyarakat patriarchal. Feminism radikal meyakini bahwa setiap individu memiliki hak untuk bertanya how ought I to live dan how ought I to know what’s right and what’s wrong?. Bahwa setiap manusia berhak untuk menentukan bagaimana dia harus hidup dan bagaiaman dia menentukan mana yang baik dan yang buruk bagi kehidupannya sendiri. Para feminis telah mempertanyakan dengan gigih sejak abad ke-18, apa yang disebut dengan tindakan yang benar dan tindakan yang salah? Apa yang disebut dengan kebahagiaan? Apa yang bermanfaat? Pertanyaan-pertanyaan feminis ini terutama menohok pada SIAPA? Siapakah yang menentukan tindakan benar dan salah, siapakah yang menentukan kebahagiaan, dan seterusnya. Mary Wollstonecraft (1759-1799) dalam tulisannya, “Vindication of the Rights of Woman”. Wollstonecraft sendiri secara teoritis, masuk pada kelompok feminis liberal yang sangat mementingkan kebebasan dan keindividuan manusia. Artinya, menurut teori ini manusia adalah spesies yang rasional yang dapat menentukan tindakan-tindakannya sendiri. Oleh sebab itu, feminism liberal mengadvokasi kehidupan perempuan yang otonom. Moral bagi feminis liberal tidak ditetukan oleh keluarga, negara, ataupun agama. Tapi setiap perempuan dapat betindak menurut pilihannya sediri asal tidak melawan hukum.

Fadhilah Trya Wulandari-Ilmu Hubungan Internasional

sejarah femenisme

Sejarah Feminisme

    * Feminisme sebagai filsafat dan gerakan berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet.[rujukan?]

    * Setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya.[rujukan?] Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan.[rujukan?] Oleh karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.[rujukan?] Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda.[rujukan?]

    * Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837.[rujukan?] Pergerakan yang berpusat di Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, "Perempuan sebagai Subyek" ( The Subjection of Women) pada tahun (1869).[rujukan?] Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme Gelombang Pertama.[rujukan?]

    * Pada awalnya gerakan ditujukan untuk mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan.[rujukan?] Secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik khususnya - terutama dalam masyarakat yang bersifat patriarki.[rujukan?] Dalam masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris, kaum laki-laki cenderung ditempatkan di depan, di luar rumah, sementara kaum perempuan di dalam rumah.[rujukan?] Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Perancis di abad ke-XVIII yang merambah ke Amerika Serikat dan ke seluruh dunia.[rujukan?]

    * Adanya fundamentalisme agama yang melakukan opresi terhadap kaum perempuan memperburuk situasi.[rujukan?] Di lingkungan agama Kristen terjadi praktik-praktik dan kotbah-kotbah yang menunjang hal ini ditilik dari banyaknya gereja menolak adanya pendeta perempuan, dan beberapa jabatan "tua" hanya dapat dijabat oleh pria.

    * Pergerakan di Eropa untuk "menaikkan derajat kaum perempuan" disusul oleh Amerika Serikat saat terjadi revolusi sosial dan politik.[rujukan?]Di tahun 1792 Mary Wollstonecraft membuat karya tulis berjudul "Mempertahankan Hak-hak Wanita" (Vindication of the Right of Woman) yang berisi prinsip-prinsip feminisme dasar yang digunakan dikemudian hari.[rujukan?]

    * Pada tahun-tahun 1830-1840 sejalan terhadap pemberantasan praktik perbudakan, hak-hak kaum prempuan mulai diperhatikan dengan adanya perbaikan dalam jam kerja dan gaji perempuan , diberi kesempatan ikut dalam pendidikan, serta hak pilih.

    * Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa.[rujukan?] Perempuan di negara-negara penjajah Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai keterikatan (perempuan) universal (universal sisterhood).[rujukan?]

    * Pada tahun 1960 munculnya negara-negara baru, menjadi awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut ranah politik kenegaraan dengan diikutsertakannya perempuan dalam hak suara parlemen.[rujukan?] Gelombang kedua ini dipelopori oleh para feminis Perancis seperti Helene Cixous (seorang Yahudi kelahiran Aljazair yang kemudian menetap di Perancis) dan Julia Kristeva (seorang Bulgaria yang kemudian menetap di Perancis) bersamaan dengan kelahiran dekonstruksionis, Derrida. Dalam the Laugh of the Medusa, Cixous mengkritik logosentrisme yang banyak didominasi oleh nilai-nilai maskulin.[rujukan?]

    * Banyak feminis-individualis kulit putih, meskipun tidak semua, mengarahkan obyek penelitiannya pada perempuan-perempuan dunia ketiga seperti Afrika, Asia dan Amerika Selatan.[rujukan?]


[sunting] Perkembangan di Amerika Serikat
Broom icon.svg
            Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Gelombang feminisme di Amerika Serikat mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan di tahun 1963. Buku ini ternyata berdampak luas, lebih-lebih setelah Betty Friedan membentuk organisasi wanita bernama National Organization for Woman (NOW) di tahun 1966 gemanya kemudian merambat ke segala bidang kehidupan. Dalam bidang perundangan, tulisan Betty Fredman berhasil mendorong dikeluarkannya Equal Pay Right (1963) sehingga kaum perempuan bisa menikmati kondisi kerja yang lebih baik dan memperoleh gaji sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, dan Equal Right Act (1964) dimana kaum perempuan mempunyai hak pilih secara penuh dalam segala bidang

Gerakan feminisme yang mendapatkan momentum sejarah pada 1960-an menunjukan bahwa sistem sosial masyarakat modern dimana memiliki struktur yang pincang akibat budaya patriarkal yang sangat kental. Marginalisasi peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya ekonomi dan politik, merupakan bukti konkret yang diberikan kaum feminis.

Gerakan perempuan atau feminisme berjalan terus, sekalipun sudah ada perbaikan-perbaikan, kemajuan yang dicapai gerakan ini terlihat banyak mengalami halangan. Di tahun 1967 dibentuklah Student for a Democratic Society (SDS) yang mengadakan konvensi nasional di Ann Arbor kemudian dilanjutkan di Chicago pada tahun yang sama, dari sinilah mulai muncul kelompok "feminisme radikal" dengan membentuk Women´s Liberation Workshop yang lebih dikenal dengan singkatan "Women´s Lib". Women´s Lib mengamati bahwa peran kaum perempuan dalam hubungannya dengan kaum laki-laki dalam masyarakat kapitalis terutama Amerika Serikat tidak lebih seperti hubungan yang dijajah dan penjajah. Di tahun 1968 kelompok ini secara terbuka memprotes diadakannya "Miss America Pegeant" di Atlantic City yang mereka anggap sebagai "pelecehan terhadap kaum wanita dan komersialisasi tubuh perempuan". Gema ´pembebasan kaum perempuan´ ini kemudian mendapat sambutan di mana-mana di seluruh dunia..

Pada 1975, "Gender, development, dan equality" sudah dicanangkan sejak Konferensi Perempuan Sedunia Pertama di Mexico City tahun 1975. Hasil penelitian kaum feminis sosialis telah membuka wawasan jender untuk dipertimbangkan dalam pembangunan bangsa. Sejak itu, arus pengutamaan jender atau gender mainstreaming melanda dunia.

Memasuki era 1990-an, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang merupakan salah satu struktur penting dalam masyarakat modern. Termarginalisasinya peran perempuan dalam institusi sains dianggap sebagai dampak dari karakteristik patriarkal yang menempel erat dalam institusi sains. Tetapi, kritik kaum feminis terhadap institusi sains tidak berhenti pada masalah termarginalisasinya peran perempuan. Kaum feminis telah berani masuk dalam wilayah epistemologi sains untuk membongkar ideologi sains yang sangat patriarkal. Dalam kacamata eko-feminisme, sains modern merupakan representasi kaum laki-laki yang dipenuhi nafsu eksploitasi terhadap alam. Alam merupakan representasi dari kaum perempuan yang lemah, pasif, dan tak berdaya. Dengan relasi patriarkal demikian, sains modern merupakan refleksi dari sifat maskulinitas dalam memproduksi pengetahuan yang cenderung eksploitatif dan destruktif.

Berangkat dari kritik tersebut, tokoh feminis seperti Hilary Rose, Evelyn Fox Keller, Sandra Harding, dan Donna Haraway menawarkan suatu kemungkinan terbentuknya genre sains yang berlandas pada nilai-nilai perempuan yang antieksploitasi dan bersifat egaliter. Gagasan itu mereka sebut sebagai sains feminis (feminist science).
[sunting] Aliran
[sunting] Feminisme liberal

Apa yang disebut sebagai Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.

Feminis Liberal memilki pandangan mengenai negara sebagai penguasa yang tidak memihak antara kepentingan kelompok yang berbeda yang berasl dari teori pluralisme negara. Mereka menyadari bahwa negara itu didominasi oleh kaum Pria, yang terlefleksikan menjadi kepentingan yang bersifat “maskulin”, tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat didominasi kuat oleh kepentiangan dan pengaruh kaum pria tadi. Singkatnya, negara adalah cerminan dari kelompok kepentingan yang memeng memiliki kendali atas negara tersebut. Untuk kebanyakan kaum Liberal Feminis, perempuan cendrung berada “di dalam” negara hanya sebatas warga negara bukannya sebagai pembuat kebijakan. Sehingga dalam hal ini ada ketidaksetaraan perempuan dalam politik atau bernegara. Pun dalam perkembangan berikutnya, pandangan dari kaum Feminist Liberal mengenai “kesetaraan” setidaknya memiliki pengaruhnya tersendiri terhadap perkembangan “pengaruh dan kesetaraan perempuan untuk melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah negara”.[1]

Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.

Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkab wanita pada posisi sub-ordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme. Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada pria.

Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada abad 18 sering muncul tuntutan agar prempuan mendapat pendidikan yang sama, di abad 19 banyak upaya memperjuangkan kesempatan hak sipil dan ekonomi bagi perempuan, dan di abad 20 organisasi-organisasi perempuan mulai dibentuk untuk menentang diskriminasi seksual di bidang politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalam konteks Indonesia, reformasi hukum yang berprerspektif keadilan melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalam parlemen adalah kontribusi dari pengalaman feminis liberal.
[sunting] Feminisme radikal

Trend ini muncul sejak pertengahan tahun 1970-an di mana aliran ini menawarkan ideologi "perjuangan separatisme perempuan". Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal".

Feminis Liberal memilki pandangan mengenai negara sebagai penguasa yang tidak memihak antara kepentingan kelompok yang berbeda yang berasl dari teori pluralisme negara. Mereka menyadari bahwa negara itu didominasi oleh kaum Pria, yang terlefleksikan menjadi kepentingan yang bersifat “maskulin”, tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat didominasi kuat oleh kepentiangan dan pengaruh kaum pria tadi. Singkatnya, negara adalah cerminan dari kelompok kepentingan yang memeng memiliki kendali atas negara tersebut. Untuk kebanyakan kaum Liberal Feminis, perempuan cendrung berada “di dalam” negara hanya sebatas warga negara bukannya sebagai pembuat kebijakan sehingga dalam hal ini ada ketidaksetaraan perempuan dalam politik atau bernegara. Pun dalam perkembangan berikutnya, pandangan dari kaum Feminist Liberal mengenai “kesetaraan” setidaknya memiliki pengaruhnya tersendiri terhadap perkembangan “pengaruh dan kesetaraan perempuan untuk melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah negara”.[2]


Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. "The personal is political" menjadi gagasan anyar yang mampu menjangkau permasalahan prempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggap paling tabu untuk diangkat ke permukaan. Informasi atau pandangan buruk (black propaganda) banyak ditujukan kepada feminis radikal. Padahal, karena pengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah Indonesia saat ini memiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).
[sunting] Feminisme post modern

Ide Posmo - menurut anggapan mereka - ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
[sunting] Feminisme anarkis

Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.
[sunting] Feminisme Marxis

Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini—status perempuan jatuh karena adanya konsep kekayaaan pribadi (private property). Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk exchange dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat—borjuis dan proletar. Jika kapitalisme tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap perempuan dihapus.

Kaum Feminis Marxis, menganggap bahwa negara bersifat kapitalis yakni menganggap bahwa negara bukan hanya sekadar institusi tetapi juga perwujudan dari interaksi atau hubungan sosial. Kaum Marxis berpendapat bahwa negara memiliki kemampuan untuk memelihara kesejahteraan, namun disisi lain, negara bersifat kapitalisme yang menggunakan sistem perbudakan kaum wanita sebagai pekerja. [3]
[sunting] Feminisme sosialis

Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender.

Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini hendakmengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung. Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser di Amerika Serikat keluarga inti dikepalai oleh laki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena peran warga negara dan pekerja adalah peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin. Agenda perjuangan untuk memeranginya adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki. Dalam konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem-problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan.
[sunting] Feminisme postkolonial

Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. Beverley Lindsay dalam bukunya Comparative Perspectives on Third World Women: The Impact of Race, Sex, and Class menyatakan, “hubungan ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh institusi-institusi ekonomi, sosial, dan pendidikan.”
[sunting] Feminisme Nordic

Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan Feminis Marxis maupun Radikal.Nordic yang lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara.[4]

TOKOH DALAM FEMINISME

1. Foucault

Meskipun ia adalah tokoh yang terkenal dalam feminism, namun Foucault tidak pernah membahas tentang perempuan. Hal yang diadopsi oleh feminism dari Fault adalah bahwa ia menjadikan ilmu pengetahuan “dominasi” yang menjadi miliki kelompok-kelompok tertentu dan kemudian “dipaksakan” untuk diterima oleh kelompok-kelompok lain, menjadi ilmu pengetahuan yang ditaklukan. Dan hal tersebut mendukung bagi perkembangan feminism.

2. Naffine (1997:69)

Kita dipaksa “meng-iya-kan” sesuatu atas adanya kuasa atau power Kuasa bergerak dalam relasi-relasi dan efek kuasa didasarkan bukan oleh orang yang dipaksa meng “iya”kan keinginan orang lain, tapi dirasakan melalui ditentukannya pikiran dan tingkah laku. Dan hal ini mengarah bahwa individu merupakan efek dari kuasa.

3. Derrida (Derridean)

Mempertajam fokus pada bekerjanya bahasa (semiotika) dimana bahasa membatasi cara berpikir kita dan juga menyediakan cara-cara perubahan. Menekankan bahwa kita selalu berada dalam teks (tidak hanya tulisan di kertas, tapi juga termasuk dialog sehari-hari) yang mengatur pikiran-pikiran kita dan merupakan kendaraan untuk megekspresikan pikiran-pikiran kita tersebut. Selain itu juga penekanan terhdap dilakukanya “dekonstruksi” terhadap kata yang merupakan intervensi ke dalam bekerjanya bahasa dimana setelah melakukan dekonstruksi tersebut kita tidak dapat lagi melihat istilah yang sama dengan cara yang sama.


[sunting] Referensi

   1. ^ Rosemarie Tong. 1997. Feminist Thought : A Comprehensive Introduction. USA : Westview Press
   2. ^ Rosemarie.1997.Feminist Thought : A Comprehensive Introduction.USA:Westview Press
   3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Tong
   4. ^ Hay, Colin et all (eds). The State : Theories and Issues (Palgrave, 2006)

bahaya lida

BAHAYA LIDAH

Perintah berkata baik
Kemampuan berbicara adalah salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada manusia, untuk berkomunikasi dan menyampaikan keinginan-keinginannya dengan sesama manusia. Ungkapan yang keluar dari mulut manusia bisa berupa ucapan baik, buruk, keji, dsb.

            Agar kemampuan berbicara yang menjadi salah satu ciri manusia ini menjadi bermakna dan bernilai ibadah, Allah SWT menyerukan umat manusia untuk berkata baik dan menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman :

            “Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” QS. 17: 53

”Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” QS. 16:125

Rasulullah SAW bersabda :
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” HR. Muttafaq alaih
Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan ucapan yang baik “ Muttafaq alaih“Ucapan yang baik adalah sedekah” HR. Muslim.


KEUTAMAAN DIAM
Bahaya yang ditimbulkan oleh mulut manusia sangat besar, dan tidak ada yang dapat menahannya kecuali diam. Oleh karena itu dalam agama kita dapatkan anjuran diam dan perintah pengendalian bicara. Sabda Nabi:
“ Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan jenggot), dan antara dua pahanya, saya jamin dia masuk sorga” HR. Al Bukhariy

“Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” HR Ahmad

             Ketika Rasulullah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, Rasul menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasul menjawab : “dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan” HR. At Tirmidziy

               Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, Allah akan tutupi keburukannya” HR. Abu Nuaim.

      Ibnu Mas’ud berkata : “Tidak ada sesuatupun yang perlu lebih lama aku penjarakan dari pada mulutku sendiri”Abu Darda berkata : “Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif. Sesungguhnya diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara.



BAB II

MACAM-MACAM AFATUL-LISAN, PENYEBAB DAN TERAPINYA
                 Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat dikategorikan dalam empat kelompok : murni membahayakan, ada bahaya dan manfaat, tidak membahayakan dan tidak menguntungkan, dan murni menguntungkan. Ucapan yang murni membahayakan maka harus dijauhi, begitu juga yang mengandung bahaya dan manfaat. Sedangkan ucapan yang tidak ada untung ruginya maka itu adalah tindakan sia-sia, merugikan. Tinggallah yang keempat yaitu ucapan yang menguntungkan.
Berikut ini akan kita bahas afatul lisan dari yang paling tersembunyi sampai yang paling berbahaya. Ada beberapa macam bahaya lisan, yaitu :

1. Berbicara sesuatu yang tidak perlu
Rasulullah SAW bersabda : “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” HR At Tirmidziy
Ucapan yang tidak perlu adalah ucapan yang seandainya anda diam tidak berdosa, dan tidak akan membahayakan diri maupun orang lain. Seperti menanyakan sesuatu yang tidak diperlukan. Contoh pertanyaan ke orang lain “apakah anda puasa, jika dijawab YA, membuat orang itu riya, jika dijawab TIDAK padahal ia puasa, maka dusta, jika diam tidak dijawab, dianggap tidak menghormati penanya. Jika menghindari pertanyaan itu dengan mengalihkan pembicaraan maka menyusahkan orang lain mencari – cari bahan, dst.  
Penyakit ini disebabkan oleh keinginan kuat untuk mengetahui segala sesuatu. Atau basa-basi untuk menunjukkan perhatian dan kecintaan, atau sekedar mengisi waktu dengan cerita-cerita yang tidak berguna. Perbuatan ini termasuk dalam perbuatan tercela.
Terapinya adalah dengan menyadarkan bahwa waktu adalah modal yang paling berharga. Jika tidak dipergunakan secara efektif maka akan merugikan diri sendiri. selanjutnya menyadari bahwa setiap kata yang keluar dari mulut akan dimintai pertanggung jawabannya. ucapan yang keluar bisa menjadi tangga ke sorga atau jaring jebakan ke neraka. Secara aplikatif kita coba melatih diri senantiasa diam dari hal-hal yang tidak diperlukan.
2. Fudhulul-Kalam ( Berlebihan dalam berbicara)
Perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan tercela. Ia mencakup pembicaraan yang tidak berguna, atau bicara sesuatu yang berguna namun melebihi kebutuhan yang secukupnya. Seperti sesuatu yang cukup dikatakan dengan satu kata, tetapi disampaikan dengan dua kata, maka kata yang kedua ini “fudhul” (kelebihan). Firman Allah : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma’ruf, atau perdamaian di antara manusia” QS.4:114.
Rasulullah SAW bersabda : “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ HR. Al Baghawiy.
Ibrahim At Taymiy berkata : Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja”
Berkata Yazid ibn Abi Hubaib :”Di antara fitnah orang alim adalah ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan.
3. Al Khaudhu fil bathil (Melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil)
            Pembicaraan yang batil adalah pembicaraan ma’siyat, seperti menceritakan tentang perempuan, perkumpulan selebritis, dsb, yang tidak terbilang jumlahnya. Pembicaraan seperti ini adalah perbuatan haram, yang akan membuat pelakunya binasa. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” HR Ibn Majah.
“ Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil” HR Ibnu Abiddunya.
Allah SWT menceritakan penghuni neraka. Ketika ditanya penyebabnya, mereka menjawab: “ …dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya” QS. 74:45 
Terhadap orang-orang yang memperolok-olokkan Al Qur’an, Allah SWT memperingatkan orang-orang beriman :”…maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.” QS. 4:140
5. Al Jidal (Berbantahan dan Perdebatan)
Perdebatan yang tercela adalah usaha menjatuhkan orang lain dengan menyerang dan mencela pembicaraannya, menganggapnya bodoh dan tidak akurat. Biasanya orang yang diserang merasa tidak suka, dan penyerang ingin menunjukkan kesalahan orang lain agar terlihat kelebihan dirinya.
Hal ini biasanya disebabkan oleh taraffu’ (rasa tinggi hati) karena kelebihan dan ilmunya, dengan menyerang kekurangan orang lain.  
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan” HR. At Tirmidziy Imam Malik bin Anas berkata : “Perdebatan akan mengeraskan hati dan mewariskan kekesalan”
6. Al Khusumah (pertengkaran)
Jika orang yang berdebat menyerang pendapat orang lain untuk menjatuhkan lawan dan mengangkat kelebihan dirinya. Maka al khusumah adalah sikap ingin menang dalam berbicara (ngotot) untuk memperoleh hak atau harta orang lain, yang bukan haknya. Sikap ini bisa merupakan reaksi atas orang lain, bisa juga dilakukan dari awal berbicara. Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar” HR. Al Bukhariy

7. Taqa’ur fil-kalam (menekan ucapan)
Taqa’ur fil-kalam maksudnya adalah menfasih-fasihkan ucapan dengan mamaksakan diri bersyaja’ dan menekan-nekan suara, atau penggunaan kata-kata asing. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”. HR. Ahmad.

Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam memberikan nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing yang membuat pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah adalah menggugah hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Di sinilah dibutuhkan bentuk-bentuk kata yang menyentuh.

8. Berkata keji, jorok dan caci maki
Berkata keji, jorok adalah pengungkapan sesuatu yang dianggap jorok/tabu dengan ungkapan vulgar, misalnya hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal ini termasuk perbuatan tercela yang dilarang agama. Nabi bersabda :
“Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji” dalam riwayat lain :”Surga itu haram bagi setiap orang yang keji”. HR. Ibnu Hibban

“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” HR. At Tirmidziy.

Ada seorang A’rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi : Sabda Nabi : “Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela kekuranganmu, maka jangan kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun. Kata A’rabiy tadi : “Sejak itu saya tidak pernah lagi mencaci maki orang”. HR. Ahmad.

“Termasuk dalam dosa besar adalah mencaci maki orang tua sendiri” Para sahabat bertanya : “Bagaimana seseorang mencaci maki orang tua sendiri ? Jawab Nabi: “Dia mencaci maki orang tua orang lain, lalu orang itu berbalik mencaci maki orang tuanya”. HR. Ahmad.

Perkataan keji dan jorok disebabkan oleh kondisi jiwa yang kotor, yang menyakiti orang lain, atau karena kebiasaan diri akibat pergaulan dengan orang-orang fasik (penuh dosa) atau orang-orang durhaka lainnya.

9. La’nat (kutukan)
Penyebab munculnya kutukan pada sesama manusia biasanya adalah satu dari tiga sifat berikut ini, yaitu : kufur, bid’ah dan fasik. Dan tingkatan kutukannya adalah sebagai berikut :
Kutukan dengan menggunakan sifat umum, seperti : semoga Allah mengutuk orang kafir, ahli bid’ah dan orang-orang fasik.

Kutukan dengan sifat yang lebih khusus, seperti: semoga kutukan Allah ditimpakan kepada kaum Yahudi, Nasrani dan Majusi, dsb.

Kutukan kepada orang tertentu, seperti : si fulan la’natullah. Hal ini sangat berbahaya kecuali kepada orang-orang tertentu yang telah Allah berikan kutukan seperti Fir’aun, Abu Lahab, dsb. Dan orang-orang selain yang Allah tentukan itu masih memiliki kemungkinan lain.

Kutukan yang ditujukan kepada binatang, benda mati , atau orang tertentu yang tidak Allah tentukan kutukannya, maka itu adalah perbuatan tercela yang haus dijauhi. Sabda Nabi :
“ Orang beriman bukanlah orang yang suka mengutuk” HR At Tirmidziy

“Janganlah kamu saling mengutuk dengan kutukan Allah, murka-Nya maupun jahanam” HR. At Tirmidziy.

“Sesungguhnya orang-orang yang saling mengutuk tidak akan mendapatkan syafaat dan menjadi saksi di hari kiamat” HR. Muslim

10. Ghina’ (nyanyian) dan Syi’r (syair)
Syair adalah ungkapan yang jika baik isinya maka baik nilainya, dan jika buruk isinya buruk pula nilainya. Hanya saja tajarrud ( menfokuskan diri) untuk hanya bersyair adalah perbuatan tercela. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya memenuhi rongga dengan nanah, lebih baik dari pada memenuhinya dengan syair” HR Muslim. Said Hawa mengarahkan hadits ini pada syair-syair yang bermuatan buruk.
Bersyair secara umum bukanlah perbuatan terlarang jika di dalamnya tidak terdapat ungkapan yang buruk. Buktinya Rasulullah pernah memerintahkan Hassan bin Tsabit untuk bersyair melawan syairnya orang kafir.

11. Al Mazah (Sendau gurau)
Secara umum mazah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama, kecuali sebagian kecil saja yang diperbolehkan. Sebab dalam gurauan sering kali terdapat kebohongan, atau pembodohan teman. Gurauan yang diperbolehkan adalah gurauan yang baik, tidak berdusta/berbohong, tidak menyakiti orang lain, tidak berlebihan dan tidak menjadi kebiasaan. Seperti gurauan Nabi dengan istri dan para sahabatnya.
Kebiasaan bergurau akan membawa seseorang pada perbuatan yang kurang berguna. Disamping itu kebiasaan ini akan menurunkan kewibawaan.
Umar bin Khatthab berkata : “Barang siapa yang banyak bercanda, maka ia akan diremehkan/dianggap hina”.
Said ibn al Ash berkata kepada anaknya : “Wahai anakku, janganlah bercanda dengan orang mulia, maka ia akan dendam kepadamu, jangan pula bercanda dengan bawahan maka nanti akan melawanmu”

12. As Sukhriyyah (Ejekan) dan Istihza’( cemoohan)
Sukhriyyah berarti meremehkan orang lain dengan mengingatkan aib/kekurangannya untuk ditertawakan, baik dengan cerita lisan atau peragaan di hadapannya. Jika dilakukan tidak di hadapan orang yang bersangkutan disebut ghibah (bergunjing).
Perbuatan ini terlarang dalam agama. Firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok “ QS. 49:11
Muadz bin Jabal ra. berkata : Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Barang siapa yang mencela dosa saudaranya yang telah bertaubat, maka ia tidak akan mati sebelum melakukannya” HR. At Tirmidziy

13. Menyebarkan rahasia
Menyebarkan rahasia adalah perbuatan terlarang. Karena ia akan mengecewakan orang lain, meremehkan hak sahabat dan orang yang dikenali. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling buruk tempatnya di hari kiamat, adalah orang laki-laki yang telah menggauli istrinya, kemudian ia ceritakan rahasianya”. HR. Muslim

14. Janji palsu
Mulut sering kali cepat berjanji, kemudian hati mengoreksi dan memutuskan tidak memenuhi janji itu. Sikap ini menjadi pertanda kemunafikan seseorang.
Firman Allah : “Wahai orang-orang beriman tepatilah janji…” QS 5:1
Pujian Allah SWT pada Nabi Ismail as: “Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya..” QS 19:54
Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga hal yang jika ada pada seseorang maka dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khiyanat” Muttafaq alaih dari Abu Hurairah

15. Bohong dalam berbicara dan bersumpah
Berbohong dalam hal ini adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling busuk. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” Muttafaq alaih.
“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya” HR Muslim.
“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” HR Abu Dawud dan At Tirmidziy

16. Ghibah (Bergunjing)
Ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama. Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat tentang arti ghibah. Jawab para sahabat: ”Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Sabda Nabi: “ghibah adalah menceritakan sesuatu dari saudaramu, yang jika ia mendengarnya ia tidak menyukainya.” Para sahabat bertanya : “Jika yang diceritakan itu memang ada? Jawab Nabi : ”Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah mengada-ada” HR Muslim.

Al Qur’an menyebut perbuatan ini sebagai memakan daging saudara sendiri (QS. 49:12)
Ghibah bisa terjadi dengan berbagai macam cara, tidak hanya ucapan, bisa juga tulisan, peragaan. dsb.
Hal-hal yang mendorong terjadinya ghibah adalah hal-hal berikut ini :
-Melampiaskan kekesalan/kemarahan
-Menyenangkan teman atau partisipasi bicara/cerita
-Merasa akan dikritik atau dcela orang lain, sehingga orang yang dianggap hendak mencela itu jatuh lebih dahulu.
-Membersihkan diri dari keterikatan tertentu
-Keinginan untuk bergaya dan berbangga, dengan mencela lainnya
-Hasad/iri dengan orang lain
-Bercanda dan bergurau, sekedar mengisi waktu
-Menghina dan meremehkan orang lain
-Terapi ghibah sebagaimana terapi penyakit akhlak lainnya yaitu dengan ilmu dan amal.
-Secara umum ilmu yang menyadarkan bahwa ghibah itu berhadapan dengan murka Allah. Kemudian mencari sebab apa yang mendorongnya melakukan itu. Sebab pada umumnya penyakit itu akan mudah sembuh dengan menghilangkan penyebabnya.
-Menceritakan kekurangan orang lain dapat dibenarkan jika terdapat alasan berikut ini:
-Mengadukan kezaliman orang lain kepada qadhi
Meminta bantuan untuk merubah kemunkaran
-Meminta fatwa,seperti yang dilakukan istri Abu Sufyan pada Nabi.
-Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang
-Orang yang dikenali dengan julukan buruknya, seperti al a’raj (pincang), dst.
-Orang yang diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang-terangan (mujahir)
Hal-hal penting yang harus dilakukan seseorang yang telah berbuat ghibah adalah :
1. Menyesali perbuatan ghibahnya itu
2. Bertaubat, tidak akan mengualnginya lagi
3. Meminta maaf/dihalalkan dari orang yang digunjingkan.
Diposkan oleh Marhadi Muhayar, Lc., M.A. (Silahkan menukil dengan menyebut sumbernya) di 21:20

Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya…

Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik untukku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin... Ya Rabbal 'Alamin

Sabtu, 16 April 2011

sastra lama

BAB II
BIDANG PERBINCANGAN ALIRAN PASCAMODENISME

PENDAHULUAN
Kemunculan aliran pascamodenisme yang sedang berkembang kini, seringkali ditanggapi dan dinilai sebagai suatu bentuk reaksi atau suatu bentuk cabaran terhadap pemikiran yang wujud dalam aliran modenisme. Oleh kerana itu, aliran pascamoden telah banyak meresap masuk ke dalam pelbagai bidang ilmu seperti kerohanian, agama, pendidikan, kesenian dan kebudayaan serta banyak lagi bidang-bidang lain yang telah dipelopori oleh aliran pemikiran moden sebelumnya. Pertembungan yang telah berlaku antara kedua-dua aliran tersebut akhirnya telah membawa kesan perbincangan yang pelbagai dalam lapangan ilmu pengetahuan. Ramai di kalangan golongan intelektual yang telah cuba membincangkan aliran-aliran ini daripada pelbagai aspek perkembangan dan kemajuan dunia kini. Perbincangan yang dilakukan termasuk jugalah berkaitan dengan gaya hidup dan keperluan masyarakat kini. Kebebasan merupakan elemen penting yang telah di dukung oleh aliran pascamoden.
Oleh demikian, perbincangan dalam bab ini akan diteruskan dengan mengetengahkan beberapa bidang penting yang telah diresapi oleh aliran pascamodenisme ini. Bidang-bidang yang akan dibincangkan ini merupakan di antara bidang-bidang awal yang telah dipelopori dan diperdebatkan secara lebih menyeluruh oleh aliran pascamodenisme. Di antara bidang-bidang tersebut adalah kesenian dan seni bina atau arkitektur, kesusasteraan, kebudayaan dan agama. Namun begitu, di dalam perbincangan ini, penulis akan lebih menekankan kepada bidang kesusasteraan di mana ianya dilihat lebih banyak dipengaruhi oleh perbincangan aliran pascamodenisme. Ia juga merupakan di antara perbincangan utama yang telah
diketengahkan oleh aliran ini di awal perkembangannya. Bagi Penulis, perbincangan yang lebih teperinci dalam kesusasteraan dilihat boleh memaparkan secara lebih jelas lagi berkaitan elemen-elemen penting yang ingin diketengahkan oleh golongan pemikir pascamodenisme ini. Namun perbincangan ini juga akan menyentuh serba sedikit berhubungan dengan bidang-bidang lainnya.

DI ANTARA BIDANG PERBINCANGAN PASCAMODEN
Sepertimana yang telah diperjelaskan dalam bab yang lalu, pascamodenisme ini adalah amat sukar sekali untuk ditentukan secara tepat definisinya. Ia merupakan satu istilah yang telah dipergunakan dalam pelbagai erti dan terlalu rumit untuk merumuskan satu definisi yang bersifat tepat dan menyeluruh, yang dapat mencakupi semua demensi erti yang terkandung di dalamnya. Namun penggunaan istilah ini telah dipergunakan buat pertama kalinya di dalam bidang seni arkitektur. Seandainya zaman moden telah memperlihatkan ciri-ciri utama arkitektur yang terdiri daripada gedung- gedung yang besar dan menjulang tinggi tanpa mempunyai banyak variasi yang dipertontonkannya, era pascamoden pula telah memaparkan satu bentuk ciri arkitektur yang mencerminkan pelbagai variasi yang telah menggabungkan berbagai-bagai gaya seni arkitektur yang diperolehi daripada pelbagai sejarah arkitektur dunia. Gabungan- gabungan ini akhirnya telah memperlihatkan aspek-aspek atau corak seni arkitektur tradisional yang telah diserap masuk ke dalam seni arkitektur pascamoden (Mana Sikana 1998:126).

DI ANTARA BIDANG PERBINCANGAN PASCAMODEN
Sepertimana yang telah diperjelaskan dalam bab yang lalu, pascamodenisme ini adalah amat sukar sekali untuk ditentukan secara tepat definisinya. Ia merupakan satu istilah yang telah dipergunakan dalam pelbagai erti dan terlalu rumit untuk merumuskan satu definisi yang bersifat tepat dan menyeluruh, yang dapat mencakupi semua demensi erti yang terkandung di dalamnya. Namun penggunaan istilah ini telah dipergunakan buat pertama kalinya di dalam bidang seni arkitektur. Seandainya zaman moden telah memperlihatkan ciri-ciri utama arkitektur yang terdiri daripada gedung- gedung yang besar dan menjulang tinggi tanpa mempunyai banyak variasi yang dipertontonkannya, era pascamoden pula telah memaparkan satu bentuk ciri arkitektur yang mencerminkan pelbagai variasi yang telah menggabungkan berbagai-bagai gaya seni arkitektur yang diperolehi daripada pelbagai sejarah arkitektur dunia. Gabungan- gabungan ini akhirnya telah memperlihatkan aspek-aspek atau corak seni arkitektur tradisional yang telah diserap masuk ke dalam seni arkitektur pascamoden (Mana Sikana 1998:126).
Setelah itu, istilah pascamodenisme kemudiannya telah digunapakai untuk bidang-bidang lain selain daripada seni arkitektur iaitu melibatkan bidang-bidang seperti teori sastera, teori sosial, gaya hidup, falsafah, politik bahkan juga melibatkan kepada aspek agama. Jelasnya intipati kepada pemikiran pascamodenisme adalah bersifat menentang segala aspek yang berkaitan dengan perkara-perkara yang disifatkan sebagai mutlak atau universal. Pemikiran ini bersikap menolak dan menghindari suatu sistematik huraian atau pemecahan persoalan secara sederhana dan
sebaliknya lebih bersikap suka untuk memanfaatkan nilai-nilai yang berasal daripada berbagai aneka bentuk sumber. Penyebaran aliran pemikiran pascamoden ini bergerak dengan begitu cepat sekali menerjah pemikiran masyarakat melalui media-media elektronik seperti radio, television, faksimili serta melalui media-media cetak seperti surat khabar, majalah, jurnal-jurnal mahupun buku-buku. Akhirnya perbincangan isu yang dibentuk oleh aliran pemikiran pascamoden ini telah menjadi satu isu penting dalam perbincangan masyarakat kini (Mana Sikana 1998:127).
Segala elemen-elemen yang mendasari semua perkembangan ideologi ini sebenarnya telah menyebabkan satu penyebaran yang cukup luas terhadap aliran pascamoden ke dalam bidang-bidang lain yang berkaitan dengan bidang pemikiran konvensional termasuk jugalah agama. Namun begitu dalam bab ini penulis akan hanya memaparkan bebarapa bidang sahaja yang dilihat sebagai di antara bidang penting yang telah diresapi oleh aliran pascamoden ini terutamanya di dalam bidang yang berhubung dengan teori kesusasteraan. Ini kerana ia merupakan satu perbincangan yang cukup luas untuk diketengahkan bagi memahami secara lebih lanjut lagi berkaitan dengan aliran pascamoden ini.
KESENIAN DAN SENI ARKITEKTUR
Terdapat banyak pengenalan bagi pascamodenisme yang telah dimulakan dengan membicarakan dari aspek peranannya dalam bidang seni bina ‘architecture’. Terdapat dua alasan terhadap perkara ini:
a) Seni bina merupakan satu bentuk atau gaya yang terus menerus memberikan kesan kepada semua masyarakat dalam kehidupan seharian mereka. Ini kerana jika ditinjau sesuatu masyarakat dari aspek kehidupan, perjalanan dan perkerjaan mereka, maka akan dapati bahawa ia memberi kesan yang mendalam terhadap diri mereka tentang bagaimana mereka memperlihatkan imej mereka, pengalaman- pengalaman dunia mereka, hubungan antara mereka dan lain-lain lagi.
b) Perkara penting dalam memperkenalkan secara umum berkenaan pascamodenisme ini adalah dengan merujuk dan meneliti kepada pengertian “post” itu sendiri. Di mana ia membawa maksud sebagai sesuatu yang datang selepas atau terkemudian. Ia merujuk kepada satu era seni bina yang bersifat lanjutan daripada seni bina sebelumnya.
Seni bina moden telah muncul sebagai “International Style” di mana ia telah dibangunkan lantaran daripada Perang Dunia Pertama dan telah pun meresap masuk ke dalam Perang Dunia Kedua yang bertujuan untuk membina semula Eropah.
International Style merupakan satu gerakan yang cuba untuk memperbaharui semula
proses pembinaan dan reka bentuk dengan cara menolak daripada bentuk-bentuk yang bersifat tradisional. Kenyataannya, mereka telah cuba untuk memberikan satu bentuk tata bahasa jurubina yang bersifat universal, di mana semua bentuk pembinaan seperti perumahan adalah sama sekalipun ianya di Berlin atau Bangkok (Simon 2005: 13).
Namun apabila memperkatakan berkenaan seni bina pascamoden, ia adalah bersifat menolak seni bina moden yang mengklasifikasikan semua seni bina dalam bentuk yang universal. Seni bina pascamoden adalah lebih tertumpu kepada ciri-ciri dan identiti yang bersifat tradisi tempatan. Jencks (1987) telah menamakan proses ini sebagai “double coding” iaitu dengan mempamerkan cita rasa yang popular dan mewah terhadap reka bentuk dalam seni bina, di mana ianya adalah bersifat elektik iaitu dengan mengabungkan pelbagai sumber dalam sesuatu binaan. Ini bermaksud bahawa seni bina pascamoden telah memperlihatkan dan membentuk satu seni bina yang di ambil daripada pelbagai period sejarah dan masyarakat. Antara lain ia bertujuan untuk meresapkan pelbagai elemen tradisi tersebut kepada dunia moden (Simon 2005: 15). Dalam hal keadaan yang berlaku ini, jelasnya masyarakat tidak akan dapat mengenalpasti lagi seni bina-seni bina tradisional yang dahulu kerana segala benda, ukiran atau reka bentuk tradisional dahulu telah dicampur-adukkan, yang mana segala yang biasanya di luar akan di letakkan di dalam dan yang di dalam akan di letakkan di luar (Muhammad 2004: 2).
Di dalam bidang sastera, ia memperlihatkan beberapa kesan perkembangan yang berlaku di dalam struktur-struktur penulisan, teks, bahasa dan lain-lainnya, di mana ianya melibatkan kepada satu bentuk pertumbuhan teori sastera yang luar biasa, malahan makna kesusasteraan, pembacaan dan kritikan juga telah melalui perubahan yang mendalam. Perubahan dalam teori sastera pada abad ini dilihat mula berlaku sekitar tahun 1917 lantaran daripada kenyataan formalis Rusia iaitu Viktor Shklovsky yang telah menerbitkan esei bertajuk “Seni sebagai Alat” (Terry 1988: vii). Namun dalam perbincangan ini, penulis akan cuba untuk lebih menekankan kepada persoalan lanjut berhubung dengan perubahan dan kritikan-kritikan yang telah berlaku terhadap kesusasteraan daripada kesusasteraan yang bercirikan kepada kesusasteraan strukturalisme di zaman moden kepada kesusasteraan pascastrukturalisme atau dekonstruksi di era pascamoden ini. Namun penting juga bagi penulis untuk memaparkan dari aspek sejarah perkembangan kesusasteran ini yang melibatkan kepada pelbagai definisi kesusasteraan itu sendiri sehinggalah membawa kepada perubahan-perubahan yang selanjutnya terhadap kesusasteran pada masa kini.
2.4.1 Sejarah Perkembangan Kesusasteraan Barat
Kajian terhadap sejarah pertumbuhan aliran-aliran dalam kesusasteraan sebenarnya secara tidak langsung akan membawa kepada kajian tentang perkembangan- perkembangan yang berlaku dalam sesuatu masyarakat yang berhubung dengan aspek-aspek seperti politik, ekonomi, pendidikan, keagamaan, kekeluargaan dan khususnya terhadap perkembangan-perkembangan pemikiran dan falsafah. Ini kerana kesusasteraan itu sendiri sentiasa mengalami perubahan dan pembaharuan dengan tujuan untuk dilihat sebagai sesuatu yang sentiasa bersesuaian dari sudut zaman, pemikiran dan fungsinya supaya boleh mewujudkan satu kevariasian dalam penciptaan karya sastera itu sendiri. Justeru itu, sastera dalam perkembangan sejarahnya terutama sekali di dunia Barat adalah sentiasa mendapat nama-nama yang baru (Mana Sikana 1983: 2).
Sekiranya seni bina pascamoden bersifat menentang segala reka bentuk sejagat yang universal dan bersikap ironik terhadap ciri-ciri universal ini, di mana ia cuba untuk kembali kepada budaya tempatan dan tradisional, perbezaan pascamodenisme dan modenisme dalam kesenian adalah bersifat lebih komplek lagi daripada itu. Tiada bentuk-bentuk yang sejagat dalam kesenian golongan modenis dan berikutan daripada itu, ia akan dapat lihat di mana golongan artistik pascamodenisme adalah lebih fragmentari atau bercerai-cerai daripada seni bina (Simon 2005: 17).
Jelasnya apabila memperkatakan tentang kesenian zaman moden, ia lebih menjurus kepada satu bentuk lukisan yang berhubung dengan persoalan-persoalan yang menggambarkan aspek yang bersifat popular, ketinggian ataupun kemasyhuran. Sebaliknya kesenian era pascamoden lebih menjurus kepada perkara-perkara yang berhubung dengan aktiviti-aktiviti harian masyarakat. Ia juga berhubung dengan elemen kesenian yang bersifatsurrealism iaitu suatu gerakan kesenian yang cuba utuk mewujudkan perkara-perkara yang ada dalam pemikiran bawah sedar dengan menunjukkan peristiwa-peristiwa seperti yang di lihat dalam mimpi (Simon 2005: 21). Jelasnya aliran pemikiran pascamodenisme dalam bidang-bidang berkaitan seni bina dan seni lukis ini dilihat lebih mementingkan kepada kesenian yang beridentitikan atau bercirikan kepada elemen-elemen kebudayaan atau tradisi tempatan itu sendiri, di mana ia lebih berhubung rapat dengan tradisi-tradisi masyarakat mereka sendiri. Ia lebih memaparkan kepelbagaian dalam reka bentuk yang dipertonjolkannya. Kesimpulannya, seni bina dan seni lukis dalam era pascamoden ini adalah lebih bertujuan untuk menghapuskan segala ciri-ciri universal sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh zaman modenisme sebelumnya. Seni bina dan seni lukis ini lebih kepada pluralisme dan tidak terikat kepada suatu ciri tertentu.
2.4
KESUSASTERAAN
Di dalam bidang sastera, ia memperlihatkan beberapa kesan perkembangan yang berlaku di dalam struktur-struktur penulisan, teks, bahasa dan lain-lainnya, di mana ianya melibatkan kepada satu bentuk pertumbuhan teori sastera yang luar biasa, malahan makna kesusasteraan, pembacaan dan kritikan juga telah melalui perubahan yang mendalam. Perubahan dalam teori sastera pada abad ini dilihat mula berlaku sekitar tahun 1917 lantaran daripada kenyataan formalis Rusia iaitu Viktor Shklovsky yang telah menerbitkan esei bertajuk “Seni sebagai Alat” (Terry 1988: vii). Namun dalam perbincangan ini, penulis akan cuba untuk lebih menekankan kepada persoalan lanjut berhubung dengan perubahan dan kritikan-kritikan yang telah berlaku terhadap kesusasteraan daripada kesusasteraan yang bercirikan kepada kesusasteraan strukturalisme di zaman moden kepada kesusasteraan pascastrukturalisme atau dekonstruksi di era pascamoden ini. Namun penting juga bagi penulis untuk memaparkan dari aspek sejarah perkembangan kesusasteran ini yang melibatkan kepada pelbagai definisi kesusasteraan itu sendiri sehinggalah membawa kepada perubahan-perubahan yang selanjutnya terhadap kesusasteran pada masa kini.
2.4.1 Sejarah Perkembangan Kesusasteraan Barat
Kajian terhadap sejarah pertumbuhan aliran-aliran dalam kesusasteraan sebenarnya secara tidak langsung akan membawa kepada kajian tentang perkembangan- perkembangan yang berlaku dalam sesuatu masyarakat yang berhubung dengan aspek-aspek seperti politik, ekonomi, pendidikan, keagamaan, kekeluargaan dan khususnya terhadap perkembangan-perkembangan pemikiran dan falsafah. Ini kerana kesusasteraan itu sendiri sentiasa mengalami perubahan dan pembaharuan dengan tujuan untuk dilihat sebagai sesuatu yang sentiasa bersesuaian dari sudut zaman, pemikiran dan fungsinya supaya boleh mewujudkan satu kevariasian dalam penciptaan karya sastera itu sendiri. Justeru itu, sastera dalam perkembangan sejarahnya terutama sekali di dunia Barat adalah sentiasa mendapat nama-nama yang baru (Mana Sikana 1983: 2).
Secara kasar, aliran-aliran kesusasteran yang muncul ini boleh diketogorikan sebagai aliran klasisme, romantisme, realisme dan absurdisme. Aliran yang muncul sebelum kemunculan aliran romantisme telah diketogerikan sebagai zaman kesusasteraan klasisme. Aliran ini dapat difahami sebagai aliran yang lebih mementingkan ketenangan dalam isi penulisan, memperlihatkan kreativiti yang bersifat penyatuan, mementingkan nilai budi, sangat patuh kepada peraturan dan disiplin masyarakat serta bersifat induvidualistik. Ia masih juga bersifat konvensional dan tradisionalis serta mempunyai tujuan yang lebih sebagai hiburan (Mana Sikana 2004: 6).
Manakala aliran kesusasteraan romantisme pula lebih memperlihatkan pengertian kesusasteraan sebagai suatu yang bersifat imaginatif iaitu menulis tentang sesuatu yang tidak wujud, di mana sesuatu yang tidak wujud itu lebih ditanggapi sebagai bernilai dan berharga daripada mencatat peredaran darah sekalipun (Terry 1988: 20). Aliran romantisme juga disifatkan sebagai aliran yang menentang segala bentuk kesusasteraan klasik dan juga menentang rasionalisme. Penentangan ini dilakukan kerana beranggapan bahawa aliran klasisme dilihat sebagai sesuatu yang tidak bersesuaian lagi dengan peredaran zaman dan dianggap sebagai aliran yang bersifat statik. Manakala penentangnnya terhadap rasionalisme adalah lantaran wujudnya golongan penulis yang beranggapan bahawa perasaan sebagai suatu elemen penting, di mana ia lebih banyak memainkan peranannya terhadap fizikal dan mental manusia berbanding perkara-perkara yang rasional (Mana Sikana 2004: 4). Jelasnya aliran romantisme adalah lebih bersifat tragis dan mengharukan serta lebih banyak melihat dari aspek kebaikan berbanding keburukan.
Auguste Comte merupakan tokoh penting yang telah memperkenalkan aliran kesusasteraan realisme. Beliau menyatakan bahawa sosiologi sebagai suatu bidang ilmu yang tertinggi, di mana beliau telah mengutarakan bahawa penelitian dan gambaran terhadap kehidupan organisasi-organisasi masyarakat menurut seperti adanya merupakan sebagai suatu kebenaran (Mana Sikana 1983: 6). Ini bermaksud
bahawa realisme ini adalah bersifat mendedahkan segala perkara yang berlaku dalam kehidupan seharian manusia yang berhubung dengan kemasyarakatan atau sosial. Isi penulisannya lebih banyak membicarakan tentang ekonomi, pendidikan, status masyarakat, politik serta perkara-perkara yang berhubung dengan pembentukan sosial dan kenegaraan (Mana Sikana 2004: 7). Secara keseluruhannya aliran ini lebih mengetengahkan elemen perjuangan, di mana sastera itu sendiri telah dijadikan alat bagi mencapai sesuatu matlamat seperti karya tentang kemerdekaan.
Akhirnya realisme ini juga telah mengalami perubahan kepada absurdisme. Kemunculannya disebabkan oleh kegagalan golongan realisme membuktikan kenyataan yang menyatakan bahawa realiti melalui pancaindera boleh menghasilkan atau menemukan kebenaran dalam soal yang berhubung dengan kejiwaan. Aliran baru ini dinamakan sebagai absurdisme kerana ia telah melemparkan manusia dalam situasi kebodohan, kekacauan dan kebebasan fikriah yang tidak bertepi. Jelasnya aliran ini merupakan aliran yang mementingkan kepada curahan perasaan dalaman manusia, di mana isi karyanya lebih bersifat mempersoalkan hakikat kehidupan serta bertentangan dengan konvensional (Mana Sikana 2004: 8-9). Zaman absurdisme ini muncul dengan berkembangnya kesenian sastera yang berkaitan dengan drama berbanding zaman sebelumnya iaitu realisme yang lebih berhubung dengan puisi.
Rentetan-rentetan sejarah perkembangan kesusasteraan ini memaparkan bahawa kesusasteraan telah sekian lama menjadi bahan perbincangan yang hangat dari pelbagai aspek yang merujuk kepada definisi kesusasteraan itu sendiri serta peranannya terhadap perkembangan ideologi-ideologi yang berlaku kepada masyarakat Barat khususnya. Kesusasteraan bukan semata ditanggapi sebagai suatu perbincangan khusus yang berkaitan dengan teks-teks penulisan atau bahasa penulisan, namun penulisan ini juga dilihat telah menjangkaui segala aspek yang berkaitan dengan pembentukan negara serta masyarakat. Jelasnya perbincangan yang terperinci dari sudut sejarah kesusasteraan ini adalah bertujuan untuk memaparkan tentang sejauhmana bidang kesusasteraan ini begitu memainkan peranan dalam perkembangan kehidupan masyarakat dunia serta berjaya menyebarkan pelbagai
http://htmlimg2.scribdassets.com/c0gf95794yrapq8/images/9-f34311dcef/000.jpg
ideologi terhadap pemikiran masyarakat. Penulis melihat perubahan dan pantafsiran yang pelbagai kepada bidang sastera ini adalah begitu terkesan sekali dalam kehidupan. Lebih-lebih lagi apabila ianya dihubungkan dengan aliran sastera pascamodenisme yang sememangnya telah memaparkan karya kesusasteraan yang lebih umum dan bebas sifatnya, di mana tiada sebarang pentafsiran yang khusus terhadap karya-karya sastera. Keadaan ini sebenarnya akan membawa pengaruh yang lebih besar lagi terhadap masyarakat kontemporari kini daripada pelbagai aspek dan lapangan kehidupan mereka.
2.4.2 KESUSASTERAAN PASCAMODENISME
Dalam perkembangan sastera moden, Saussure merupakan di kalangan tokoh kesusasteraan Barat yang telah menghasilkan pengaruh yang cukup jelas dalam kajian sastera, khususnya teori dan kritikan sastera yang berhubung dengan strukturalisme semiotik. Sebelum kemunculan teori dan kritikan sastera strukturalisme, makna sesuatu karya sastera adalah tertakluk atau bersumberkan daripada subjek manusia. Namun begitu, kehadiran strukturalisme ini telah menghasilkan teori dan kritikan sastera yang bersifat "anti-human" iaitu sastera tidak lagi ditentukan oleh subjek manusia tetapi sebaliknya ditentukan oleh struktur dan sistem yang mendasarinya. Ini bermakna segala unsur-unsur yang diluar karya sastera adalah ternafi. Kemudian makna ini terus dinafikan oleh teori dan kritikan sastera dekonstruksi, di mana ianya juga adalah bersifat anti-struktur (Sohaimi 2003: 58). Selain daripada intertekstual dan pluralisme yang telah diutarakan oleh beberapa tokoh seperti Lyotard, Jameson dan Huyssen, relativisme1 juga merupakan salah satu daripada ciri-ciri pascamodenisme.
Teori kritikan sastera pascamoden adalah bermula dengan dekonstruksi dan pascastrukturalisme. Aliran sastera yang tergolong dalam kelompok ini adalah terdiri daripada semiotik, intertekstual, psikoanalisis, feminisme, historisisme baru dan
1 Suatu konsep yang menyatakan bahawa kebenaran itu bukan selalunya benar tetapi ia dibatasi oleh tabii fikiran
manusia.
http://htmlimg1.scribdassets.com/c0gf95794yrapq8/images/10-be617ea844/000.jpg
kebudayaan. Teori kritikan semiotik ketika zaman strukturalisme adalah berkonsepkan piramid iaitu tanda, penanda dan petanda yang hanya bertujuan untuk mencari satu makna sahaja. Namun di zaman pascamoden ia adalah bertujuan kepada pemecahan tanda dan menuju kepada polimakna iaitu kepelbagaian makna. Kritikan sastera feminisme pula berubah dariapada liberal kepada lebih radikal (Mana Sikana 2004: 184-185). Kesemua teori kritikan sastera ini bagi penulis sebenarnya bukan sahaja telah menentang segala bentuk teori sastera moden, malahan ia sebenarnya menentang segala teori kritikan sastera sebelumnya lagi. Kritikan sastera klasik yang berfungsi untuk memelihara nilai-nilai kemanusiaan dan mengetengahkan dasar-dasar manusia yang berbudaya serta melihat bahawa karya sastera perlu teguh pada makna manusiawi dan menuju kepada pentafsiran yang sama akhirnya telah dirombak dan ditentang oleh golongan pengkritik pascamodenisme.
Sebenarnya terdapat pelbagai aliran pemikiran dalam sastera pascamodenisme. Kelompok pertama adalah terdiri daripada tokoh-tokoh seperti Derrida, Lyotard dan Rorty yang telah mengutarakan aliran pemikiran dekonstruktif. Kelompok kedua pula terdiri daripada Heidegger, Gadamer, Ricoeur dan Mary Hasse dengan membincangkan aliran pemikiran rekonstruktif. Kelompok terakhir pula adalah terdiri daripada tokoh-tokoh aliran pemikiran revesionistif seperti Griffin, Ferre Zukav. Kelompok pertama dilihat sebagai kelompok yang lebih lantang dan luas perbincangannya (Mana Sikana 2004: 282). Kelompok golongan pendukung sastera ini sebenarnya adalah pendukung-pendukung penting yang telah menyebarkan perkembangan dunia pascamoden. Idea dan pandangan mereka ini begitu terkesan dan terpengaruh kepada banyak perbincangan teori kritikan sastera termasuklah teori kritikan sastera di Malaysia sendiri dan di negara-negara Islam lainnya.
Aliran dekonstruktif ini telah ditakrifkan sebagai suatu usaha pembongkaran segala susunan, sistem dan stuktur naratif besar sehingga menjadikannya lebih bersifat nihilis2 dan terpecah-pecah dengan pelbagai pentafsiran. Walaupun aliran rekonstruktif
http://htmlimg1.scribdassets.com/c0gf95794yrapq8/images/11-20957f3fb6/000.jpg
boleh disifatkan sebagai suatu aliran yang juga membongkar dan melakukan penentangan terhadap modenisme, namun ia dilihat masih boleh untuk mempertahankan unsur-unsur modenisme yang baik, releven dan penting. Aliran ini akan cuba untuk mengolah unsur-unsur modenisme supaya dapat melahirkan sesuatu yang baru, di mana ia sesuai dan sempurna selari dengan hasrat pascamodenisme. Revionisme pula dalam beberapa keadaan dilihat sama dengan rekonstruktif, tetapi ia adalah lebih berpijak pada tradisi dan sejarah sendiri dalam pembentukan karya atau teks (Mana Sikana 2004: 280).
Seseorang akan penulis mengamalkan kaedah selfconscious intertextuality ia membicarakan teks penulisan dan memenuhkannya dengan refleksi atau pemikiran tentang diri sendiri. Kadang-kadang sifatnya menjadi seperti bancuhan dan campuran yang ganjil dan yang menafikan keberadaan penulis sebagai penulis secara formal dan jenis gubahannya. Pascamodenisme juga sering ditandai dengan bentuk penulisan yang lebih bersifat berfikir tentang diri sendiri yang lebih dari yang biasa didapati dalam penulisan yang kritis, pengkritik itu sebagai pencipta yang sedar tentang dirinya, yang mencipta makna baharu dalam medan objek penelitiannya dengan tidak menunjukkan penghormatan yang khusus terhadap objek yag dibicarakannya (Muhammad 2004: 2-4). Ini merupakan suatu idea yang menyatakan tentang kematian subjek iaitu peranan pengarang dan karya sastera boleh dihilangkan dengan mewujudkan watak baru yang lebih menonjol (Aminuddin 2004: 8).
Di Malaysia, kritikan sastera hanya bermula pada tahun 1950-an dengan tertubuhnya ASAS 503 yang telah mencetuskan polemik antara gagasan " Seni untuk Masyarakat" dengan "Seni untuk Seni". Namun begitu perkembangan yang terlewat ini tidak membantutkan perkembangan kritikan sastera di Malaysia. Dunia kritikan sastera di Malaysia kini sebenarnya telah memasuki lapangan perbincangan pemikiran pascamodenisme melalui pendekatan dekonstruksi (Sohaimi 2003: 64).Walaupun
3 Kelahiran angkatan ASAS 50 telah berpusat di Singapura ini sebenarnya disebabkan oleh timbulnya kesedaran di
kalangan penulis atau penyair yang telah sedar dengan tanggungjawab mereka untuk bersama-sama berjuang bagi
mencapai kemerdekaan
perbincangan kritikan sastera di Malaysia tidak boleh disamakan dengan perbincangan kritikan sastera sepertimana di dunia Barat kerana wujudnya pelbagai perbezaan pemikiran, namun begitu ia sebenarnya tetap mempunyai asas-asas prinsip kritikan yang sama (Mana Sikana 1983: 10). Sebagai contohnya, dalam perkembangan kritikan sastera di Malaysia, ia juga melibatkan kepada permulaan perkembangannya sebagai zaman klasisme iaitu suatu zaman kesusasteraan Melayu yang masih boleh dikategorikan sebagai zaman tradisional dan bersifat tempatan.
Jelasnya, perbincangan yang berhubung dengan dunia kritikan sastera pascamodenisme ini sememangnya telah memberikan kesan yang banyak terhadap perbincangan-perbincangan seterusnya yang berhubungkait dengan persoalan kemasyarakatan, kepercayaan, kebudayaan dan lain-lain lagi. Elemen-elemen seperti dekonstruksi, rekonstruktif, realativisme, nihilis dan pelbagai lagi akhirnya telah di bawa ke dalam perbincangan-perbincangan yang lebih meluas lagi terhadap persoalan-persolan seperti kemasyarakatan atau sosial, kepercayaan seperti agama dan persoalan-persoalan lain lagi yang bersifat keuniversalan semasa era moden dahulu. Perkembangan kesusasteraan di Malaysia juga sebenarnya telah mula memasuki perbincangan-perbincangan pascamodenime ini, namun ianya dilihat masih lagi baru dan belum luas berkembang dalam masyarakat.
Karya-karya seperti Shahnon Ahmad, A.Samad Said, Shaharom Husain dan ramai lagi karyawan-karyawan di Malaysia, sebenarnya telah membuktikan bahawa pengkarya sekarang sedang berdepan dengan bentuk kritikan sastera pascamoden sepertimana kritikan sastera yang telah berlaku di dunia Barat. Penghasilan karya- karya ini juga akhirnya membawa pelbagai kesan dan pengaruhnya kepada para pembaca, di mana elemen-elemen perbincangan dalam pemikian aliran pascamoden akhirnya akan mula terbentuk pula dalam masyarakat. Apa yang pasti perdebatan yang sedang berlaku ini seterusnya akan membawa perubahan-perubahan yang berterusan kepada masyarakat terutamanya dari sudut pemikiran dan corak hidup mereka.
2.5
AGAMA
http://htmlimg4.scribdassets.com/c0gf95794yrapq8/images/13-416aff9109/000.jpg
Perbincangan terhadap persoalan pascamoden dalam agama adalah lebih berbahaya sekali kerana ia sebenarnya melibatkan kepada kepercayaan-kepercayaan masyarakat yang telah dianggap sebagai perkara penting dalam kehidupan mereka. Penentangan idealisme pascamoden terhadap perkara-perkara yang universal, penafian terhadap realiti, penolakan kepada naratif besar dan lain-lain lagi telah membawa kesan dan pengaruh besar terhadap segala bentuk kepercayaan dan kebudayaan dalam sesuatu masyarakat. Lebih-lebih lagi apabila ianya dihubungkan kepada agama Islam sendiri. Penolakan kepada elemen universal ini adalah di dasarkan kepada penolakan kepada suatu sistem yang menuju kepada satu bentuk kebenaran dan kepercayaan yang sama kepada seluruh masyarakat. Sedangkan dalam idealisme pascamoden, ia lebih mementingkan kepada induvidu sebagai pentafsir mutlak kepada semua perkara yang berlaku kepadanya. Ini bermaksud bahawa ia akan menyebabkan berlakunya suatu bentuk kepelbagaian pentafsiran tentang sesuatu maksud kebenaran bagi setiap induvidu dan ia bukan didasarkan kepada suatu norma yang sama bagi setiap induvidu.
Kelompok pemikir pascamodenisme ini melihat segala konsep-konsep tradisional dan keagamaan kini telah mengalami perubahan, di mana ia telah mula memasuki ke dalam dunia pluralisme4 pascamoden. Masyarakat semakin suka mengejar kegembiraan-kegembiraan dunia dengan bercirikan kepada taraf kehidupan yang tinggi. Masyarakat pascamoden merupakan masyarakat yang bercirikan kepada undang-undang kapitalis, di mana ia lebih mengejar kepada keuntungan semata tanpa mementingkan kepada perkara lainnya (Berry 2004: 168). Keadaan ini memperlihatkan bahawa agama seolah-olah tidak memiliki peranannya lagi dalam mengatur kehidupan manusia tetapi sebaliknya kemajuan adalah elemen yang paling penting kepada masyarakat pascamoden ini. Ia juga membawa maksud bahawa gaya hidup yang penuh kemewahan sebagai suatu gaya hidup yang terbaik.
4 Bermaksud kepelbagaian atau keanekaragaman seperti kepelbagaian budaya, kepelbagaian cara hidup dan lain-
lain lagi
Jelasnya, dalam pemikiran pascamoden, mereka telah menggambil sikap
iconoclastic iaitu bersikap menolak kepercayaan-kepercayaan agama dan tradisi yang
terkenal. Ia menyatakan bahawa semua ideologi seperti Marxisme atau kepercayaan- kepercayaan agama sebagai satu jenama yang mudah diperolehi di pasaraya-pasaraya idea. Di mana ia memperlihatkan bahawa aliran ini menanggapi semua bentuk ideologi malahan agama sekalipun sebagai suatu perkara yang tidak muktamad dan bukan sebagai jawapan terakhir dalam semua persoalan kehidupan manusia (Ahmed 2004: 10-11). Kelompok pemikir pascamodenisme ini sebenarnya telah menganggap bahawa agama sebagai suatu buatan manusia, di mana ianya akan berubah mengikut tempat, masa dan bangsa. Tiada suatupun yang boleh dikatakan sebagai benar sekalipun terhadap hal-hal yang berhubung dengan kenabian, ulama, dan lain-lain lagi (Aminuddin 2004: 9).
Kesimpulannya segala bentuk penafian yang berlaku ini akhirnya telah membawa kesan-kesan yang buruk dalam kepercayaan-kepercayaan agama sekarang seperti agama Islam, Kristian, Buddha dan banyak lagi agama-agama lainnya. Akhirnya perkembangan masyarakat dunia tidak akan dipengaruhi lagi oleh norma- norma dan nilai-nilai agama sebaliknya ia ditentukan semata-mata menurut kehendak dan kemahuan manusia sendiri serta keinginan kepada kemajuan semata-mata sebagai landasan utama. Ia seolah-olah menyatakan bahawa hidup di dunia adalah sebenar- benar kehidupan dan tiada istilah berkaitan dengan akhirat. Keadaan ini akan menambahburukkan lagi segala bentuk keruntuhan yang berlaku dalam masyarakat. Akhirnya agama akan ditolak daripada menentukan segala-galanya dalam kehidupan manusia.
1.6
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulannya, masyarakat dunia kini telah dibentuk semula oleh suatu kefahaman yang baru terhadap dunia mereka. Masyarakat tidak lagi memiliki identiti mereka sendiri. Kepercayaan kepada naratif besar seperti agama telah mula di rombak
atau di nilai semula dan telah digantikan dengan kepercayaan yang bercirikan kepada pluralisme. Ia seolah-olah memperlihatkan bahasa semua kepercayaan agama itu adalah sama sahaja tanpa mengira agama apa sekalipun. Segala bentuk kefahaman seperti ini akhirnya akan membawa kepada kesan yang lebih buruk, masyarakat akan mengalami keruntuhan dari segi moral dan nilai-nilai kebaikan mereka. Kebenaran tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang mutlak bagi sesuatu masyarakat, malahan segalanya adalah ditentukan oleh diri induvidu sendiri. Proses kepelbagaian dan keanekaragaman identiti masyarakat akan terus diperjuangkan. Ia termasuklah kepada pengikhtirafan identiti masyarakat kelas terpinggir. Iaitu kelas masyarakat seperti gay, lesbian, black matel dan lain-lain lagi.
Jelasnya perbincangan-perbincangan yang telah diutarakan dalam bab ini sebenarnya banyak menyentuh kepada aspek-aspek yang berkaitan dengan bidang perbincangan dan perdebatan aliran pascamoden. Sekalipun perbincangan yang telah diutarakan adalah dari sudut perbincangan bidang-bidang yang berbeza, namun ciri- ciri asas ataupun prinsip perdebatan aliran pascamoden sebenarnya adalah sama. Sebagai contohnya elemen-elemen pluralisme, relativisme dan dekonstruksionisme merupakan ciri-ciri penting yang cuba diperjuangkan dan diperkenalkan oleh golongan pemikir pascamodenisme ini kepada masyarakat dunia. Penolakan terhadap naratif besar, ketiadaan makna dan lain-lainnya adalah memperlihatkan kepada asas penolakan golongan pemikir pascamoden ini menolak kepada elemen-eleman yang dianggap sebagai membelenggu kebebasan manusia. Jelasnya pemikiran seperti ini adalah lebih sistematik lagi berbanding bentuk pemikiran modenisme sebelum ini.
atau di nilai semula dan telah digantikan dengan kepercayaan yang bercirikan kepada pluralisme. Ia seolah-olah memperlihatkan bahasa semua kepercayaan agama itu adalah sama sahaja tanpa mengira agama apa sekalipun. Segala bentuk kefahaman seperti ini akhirnya akan membawa kepada kesan yang lebih buruk, masyarakat akan mengalami keruntuhan dari segi moral dan nilai-nilai kebaikan mereka. Kebenaran tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang mutlak bagi sesuatu masyarakat, malahan segalanya adalah ditentukan oleh diri induvidu sendiri. Proses kepelbagaian dan keanekaragaman identiti masyarakat akan terus diperjuangkan. Ia termasuklah kepada pengikhtirafan identiti masyarakat kelas terpinggir. Iaitu kelas masyarakat seperti gay, lesbian, black matel dan lain-lain lagi.
Jelasnya perbincangan-perbincangan yang telah diutarakan dalam bab ini sebenarnya banyak menyentuh kepada aspek-aspek yang berkaitan dengan bidang perbincangan dan perdebatan aliran pascamoden. Sekalipun perbincangan yang telah diutarakan adalah dari sudut perbincangan bidang-bidang yang berbeza, namun ciri- ciri asas ataupun prinsip perdebatan aliran pascamoden sebenarnya adalah sama. Sebagai contohnya elemen-elemen pluralisme, relativisme dan dekonstruksionisme merupakan ciri-ciri penting yang cuba diperjuangkan dan diperkenalkan oleh golongan pemikir pascamodenisme ini kepada masyarakat dunia. Penolakan terhadap naratif besar, ketiadaan makna dan lain-lainnya adalah memperlihatkan kepada asas penolakan golongan pemikir pascamoden ini menolak kepada elemen-eleman yang dianggap sebagai membelenggu kebebasan manusia. Jelasnya pemikiran seperti ini adalah lebih sistematik lagi berbanding bentuk pemikiran modenisme sebelum ini.
Sastra Lama dan Sastra Modern
Oleh: Valentina Galuh X-9/21

Periodisasi Kesusastraan di Indonesia
Sastra Lama Angkatan Balai Pustaka

Angkatan Pujangga Baru Zaman Peralihan Angkatan ‘45 Sastra modern Angkatan ’50-’60an Angkatan ’66-’70an
Cyber sastra
Angkatan 2000-an Angkatan Reformasi Angkatan Dasawarsa ’80-an
Persamaan Sastra Lama dan Sastra Modern
• Karyanya sama-sama dibentuk oleh unsur intrinsik • Menggunakan bahasa/kata yang terpilih, diksi yang tepat • Mempunyai bahasa tuturan dan dialog(dalam prosa dan drama) • Bertujuan untuk dibaca/didengar orang lain agar mereka mendapat hiburan dan/atau nasihat • Bentuknya dapat berupa puisi, prosa, atau drama
Perbedaan Sastra Lama dan Sastra Modern
(Berdasarkan Ciri-cirinya)
Sastra Lama
1. Penyebaran dari mulut ke mulut 2. Bahasa yang digunakan kaku/statis 3. Tema cerita tentang dewa-dewa, dongeng petualangan yang bersifat mistis 4. Dipengaruhi oleh sastra Arab dan Hindu/India 5. Penulisnya anonim
Sastra Modern
1. Gaya yang aktifromantis 2. Dinamis dalam tema dan bahasa 3. Tema memperjuangkan masalah kebudayaan, bahasa, dan masyarakat sentris 4. Diketahui nama pengarangnya karena dinyatakan dengan
Sastra Lama
• Dihasilkan antara tahun 1870-1942. • Berkembang di daerah Sumatera. • Contoh Sastra lama:
– – – – – – – – – – – – – Gurindam Syair Pepatah Hikayat Legenda Seloka Dongeng Pantun Mythe Talibun Mantra Karmina Fabel
Gurindam
• Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama. • Ciri-ciri gurindam:
– – – – Terdiri dari dua baris kalimat Rima sama Semua bagian merupakan isi Baris pertama berisi semacam soal, masalah, atau perjanjian dan baris kedua berisi jawaban atau akibatnya.
• Contoh gurindam: Gurindam 12
Hikayat
• Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, biasanya ditulis dalam Bahasa Melayu. • Umumnya, hikayat berisi tentang kisah, cerita, dan dongeng tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh pertama. • Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang. • Contoh hikayat: – Hikayat Hang Tuah – Hikayat Abu Nawas – Hikayat Raja-Raja Pasai
Syair
• Ciri-ciri syair:
– – – – Berasal dari Arab/Parsi Biasanya terdiri atas 4 baris Rima aaaa Semua baris merupakan isi
• Contoh syair:
– Syair Panji Semirang – Syair Bidasari – Syair Perahu
Sastra Modern
• Ciri-ciri:
– – – – – – – – – – – – Bergaya aktif-romantis Tema dan bahasa dinamis Tema diambil dari kehidupan sehari-hari Pengarang diketahui dengan jelas Pujangga Baru (tahun 1930/1933) Angkatan ’45 Angkatan ’50-’60an Angkatan ’66-’70-an Angkatan Dasawarsa ’80-an Angkatan Reformasi Angkatan 2000-an Cyber Sastra
• Periodisasi sastra modern:
Angkatan Balai Pustaka
• • • • • • Berkisar antara tahun 1920-1950. Dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Pada masa ini, prosa dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, dan hikayat dalam kesusastraan Indonesia. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Contoh pengarang dan karyanya yang termasuk angkatan Balai Pustaka:
– – – Marah Roesli, “Siti Nurbaya” Abdul Muis, “Surapati” Nur Sutan Iskandar, “Hulubalang Raja”
Angkatan Pujangga Baru
• Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. • Ciri dari angkatan ini ialah karyanyabersifat romantik-idealistik. • Angkatan ini dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, dan Armin Pane. • Contoh pengarang dan karyanya yang termasuk angkatan Pujangga Baru:
– S.T.Alisjahbana, “Layar Terkembang” – Armin Pane, “Belenggu” – Tengku Amir Hamzah, “Nyanyi Sunyi”

Angkatan ‘45
• Disebut juga angkatan Chairil Anwar, angkatan Jepang, atau angkatan Modern • Disebut aliran modern dalam kesusastraan Indonesia karena bercirikan ingin bebas dari segala ikatan • Karya sastra angkatan ini lebih bersifat realistik dibandingkan dengan Angkatan Pujangga Baru • Pengarang-pengarang terkenal yang termasuk angkatan ’45 diantaranya adalah Chairil Anwar, Idrus, Achdiat K. Miharja, Aoh Kartamiharja, dan Rustandi Kartakusumah • Contoh pengarang dan karyanya yang termasuk angkatan ‘45:
– Chairil Anwar, “Kerikil Tajam” – Pramoedya Ananta Toer, “Perburuan” – Mochtar Lubis, “Tak Ada Esok”
Angkatan ’50-60an
• Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra “Kisah”, asuhan H.B. Jassin. • Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. • Contoh pengarang dan karyanya yang termasuk angkatan ’50-’60an:
– N.H.Dini, “Pertemuan Dua Hati” – Ajip Rosidi, “Pertemuan Kembali” – Ali Akbar Navis, “Robohnya Surau Kami”
Angkatan ’66-70-an
• Sering juga disebut angkatan kontemporer. • Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. • Pada angkatan ini, mulailah muncul aliran yang beragam dalam karya sastra. • Contoh pengarang dan karyanya yang termasuk angkatan ’66-’70an:
– Putu Wijaya, “Telegram” – Sapardi Djoko Darmono, “Ayat-ayat Api” – Iwan Simatupang, “Merahnya Merah”
Angkatan ’80-an
• Ditandai dengan banyaknya roman percintaan. • Pada masa angkatan ini, karya sastra Indonesia tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum, majalah Horison sudah tidak ada lagi. • Contoh pengarang dan karyanya yang termasuk angkatan ’80-an:
– Hilman, “Lupus” – Marga T, “Badai Pasti Berlalu” – Ashadi Siregar, “Cintaku Di Kampus Biru”
Angkatan Reformasi
• Kemunculan angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra yang bertemakan sosial-politik, khususnya yang bertemakan reformasi. • Akan tetapi, wacana mengenai lahirnya angkatan ini tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘juru bicara’.
Angkatan 2000-an
• Pada tahun 2002, Korrie Layun Rampan membuat wacana tentang lahirnya sastrawan angkatan 2000, yang terdiri atas kurang-lebih 100